Rabu, 20 Juni 2012

The Blue Eyes of the Lighthouse (part 2)


        Georgina Ahern.
        Ia terlihat sempurna dimataku. Aku terus melihat kearah depan kelasku. Ia cantik sekali. Rambutnya blonde lurus, senyumnya indah, tubuhnya bagus sekali, dan yang paling membuatku terpesona, ia memiliki dua pasang mata yang sangat indah. Mungkin seperti aku yang mengagumi kedua pasang mata Nicky bahkan sejak pertama bertemu dengannya, Nicky juga mengagumi kedua pasang mata indah Georgina. Aku tersenyum. Walaupun merasa bodoh, aku sangat mengakui mereka pasangan yang serasi.
       Nicky terlihat enjoy mengobrol dengannya. Nicky merangkulnya dan terus mengobrol seakan-akan mereka tinggal didunia yang berbeda. Suara tawa Georgina terlihat merdu. Serasi dengan suara husky Nicky yang kukagumi.
       Aku pulang sekolah bersama Darren. Ternyata sudah rutinitasnya setiap hari membawa mobil ke sekolah. Dan kebetulan rumah kami ternyata hanya terpaut beberapa blok.
       “Michelle?” Darren memecah lamunanku.
       “Yeah?” Sahutku
       “Kau nggak suka dengan sekolahmu sekarang ya? Kau kelihatan murung” tanyanya.
       “No...” aku malas menjawab. Aku bukannya tidak suka sekolahnya. Tapi aku benci dihari pertamaku sekolah, aku justru jatuh cinta pada cowok sempurna yang punya pacar sempurna.
       Rasanya aku ingin kembali ke Mullingar. Ke sekolahku yang lama. Dikenal sebagai cewek paling berantakan, tanpa cowok yang bisa disukai. Cowok-cowok itu justru terus mengejekku. Tapi aku tidak keberatan, karena apa yang mereka bicarakan tidak salah. Dengan rambut tidak pernah disisir dan blazer yang tidak pernah dikancingkan aku tetap merasa bahagia.
       Aku baru sekali merasa sangat minder. Aku ingin bertemu Kyla. Sahabatku di Mullingar. Aku benar-benar ingin cerita padanya. Aku ingin menceritakan betapa anehnya hidupku saat berpisah dengannya.
       Ketika aku dan Darren sampai didepan rumahku, aku mengucapkan terima kasih padanya. “Thanks Darren, you’re so kind” aku tersenyum,
       “Kita berangkat sekolah bareng yuk setiap hari. Aku malas berangkat sendirian terus” ajak Darren excited.
       “Really? Thank you so much, girl!” ujarku.
       “Yeah,I’ll pick you up tomorrow. See ya Michelle!” Darren melambaikan tangan. Aku menyambut lambaian tangannya.
        Aku masuk kedalam rumah dan mengunci diriku didalam kamar. Aku mengambil ponselku dan menelepon Kyla. Aku menunggu Kyla mengangkat telepon. Nada sambung terdengar. Sekali, dua kali, tiga kali, sampai akhirnya Kyla benar-benar tidak mengangkat teleponnya.  Aku menyerah, lalu meninggalkan pesan.
       “Kyla...” suaraku terdengar berat. “Are you busy? Sorry for disturbing you. But i need you. Call me back maybe?”
       Aku meletakkan ponselku diatas meja dan aku berbaring diatas kasurku. Aku baru sadar Kyla tidak membalas smsku sejak aku pindah. Apa yang terjadi? Apa ia sudah melupakanku? Secepat ini?
       Pikiranku kembali pada Nicky. Aku terduduk dan melihat cermin. Aku sadar rambutku benar-benar berantakan. Aku mengambil sisir dari laci meja riasku. Aku hampir tidak pernah menyentuhnya. Lalu aku mulai menyisir rambutku.
       “AAAAAAAAAAHHH!!” jeritku kesakitan. Aku melihat kearah sisirku dan oh...rambutku rontok banyak sekali. Aku menyisir sambil menahan sakit. Dan aku mulai menemukan rambut asliku. Lama-kelamaan rambutku tidak kusut lagi. Aku menyadari, ternyata rambutku benar-benar halus dan jatuh jika disisir. Aku tertawa aneh. Manusia macam apa sih aku ini?
       Tapi tetap saja aku tidak bisa secantik yang kuharapkan. Mataku tidak seindah mata Georgina. Kulitku tidak semulus dia, dan aku mulai gendutan karena kebanyakan makan. Aku membuka pintu balkon dan duduk disana. Menikmati angin sore Baldoyle. Memikirkan segalanya. Apapun yang bisa kupikirkan. Angin berhembus dingin membuatku ngantuk. Aku memejamkan mataku.
       “Hooooooi!!”
       Aku membuka mataku. Mendengar suara seruan dari bawah. Aku sadar aku tertidur di balkon sampai matahari hampir terbenam. Aku melihat kebawah, dan terlihat Nicky sedang berdiri dijalanan depan rumahku.
       “Ngapain kau tidur disana?” Nicky tertawa.
       Aku kaget setangah mati.
       “Ngapain kau disini?!” ujarku malu. “Lagipula aku mau tidur dimanapun terserah aku!”
       “Kau ini bodoh ya?” Nicky mengangkat alis. “Rumahku kan hanya beberapa meter dari sini. Lalu tiba-tiba di perjalanan pulang aku melihat cewek aneh sedang tidur di balkon dengan mulut terbuka”
       Wajahku merah padam.
       “Shut up!” jeritku. “Kenapa kau sibuk mengomentariku sih?!kau kan punya pacar. Urus saja pacarmu!”
       “Darimana kau tahu aku punya pacar?” Nicky mengerutkan dahinya.
       “Lain kali kalau kau nggak mau orang tahu, jangan pacaran didepan kelas” kataku ketus.
       Nicky tertawa lagi.
       “Aku kan tidak mungkin menertawai Gina. Ia cewek yang sempurna, jadi aku senang kau datang. Ada yang bisa diejek-ejek.” Cengirnya.
       Cukup, aku benar-benar kesal.
       “Oh!begitu. aku cukup tahu saja. Pergi kau! Aku nggak mau melihat wajahmu lagi!!” aku masuk kedalam rumah. Membanting pintu balkon kencang-kencang. Detik itu juga aku rasa aku membencinya. Sangat sangat benci. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi. Sudah nggak ada jatuh cinta dalam kamus Michelle Myron. Dia musuh!
       Keesokan paginya, cukup bagus. Aku tidak bangun kesiangan. Aku masuk ke mobil Darren dengan wajah suram. Aku tidak menyisir rambutku lagi. Bahkan aku tidak memakai blazer. Blazerku kupegang ditanganku.
       “Hey, what’s wrong?” Darren menatapku aneh.
       Aku menggeleng.
       “Hey, mungkin disini nggak sebaik di Mullingar. Tapi tersenyumlah...” Darren menyetir tenang.     
       Aku tersenyum maksa.
       “Thanks...aku merasa moodku kurang bagus” kataku.
       Tiba-tiba Darren mengerem. Ia menatapku., kemudian mengambil sisir dari tasnya.
       “Kau diam saja” katanya. ia mulai menyisir rambutku.
       “Hey! What are you doing?!” ujarku.
       “Kubilang kan diam!” Darren terus menyisiri rambutku. Lalu ia mengambil bedak dan mengoleskannya ke wajahku.
       “Darren!”
       “Ssssssshhhh!!”
       Darren memberiku lip balm. Dan aku pasrah.
       Ia tersenyum padaku.
       “Kalau kau nggak berantakan, kau kelihatan cantik” ia menepuk pipiku pelan. “Pakai blazermu”
       Aku bengong seperti orang bodoh. Darren menyetir mobilnya lagi. Ketika sampai disekolah, aku memakai blazerku.
       “Kancingkan!” ujar Darren.
       Darren semakin lama semakin mirip Mum...
       Aku mengancingkan blazerku.
       “Kalau begini kan aku jadi nggak malu jalan bersamamu” Darren menepuk punggungku. “Let’s go to class!”
       Dan mulai hari itu, aku benar-benar sadar aku bertemu Nicky untuk menjadi musuhnya. Aku suka pelajaran musik. Dan aku suka bernyanyi. Aku merasa enjoy saat bernyanyi sampai kudengar suara Nicky bernyanyi. Nilai pelajaran musiknya pasti lebih bagus dariku. Bukan itu saja. Dalam pelajaran bahasa prancis ia selalu mengalahkan nilaiku. Jika aku mendapat nilai B, ia akan mendapat nilai B+, jika aku mendapat nilai A, ia akan mendapat nilai A+, jika aku mendapat nilai A+, ia akan dapat poin tambahan dari guru bahasa prancis karena pronounciationnya yang bagus. Benar-benar sialan.
       Kami sama-sama benci pelajaran matematika. Tapi tetap saja. Ketika aku mendapat nilai D, ia akan mendapat nilai C+ dan ia masih menggerutu melihat nilainya yang jelas lebih tinggi dariku. Aku benar-benar ingin membunuhnya.
       Aku bodoh sekali dalam berolahraga. Jika berlari, aku nggak lebih cepat dari siput. Aku tidak bisa memegang pemukul softball dengan benar, aku akan berlari ngeri jika bola volley melayang kearahku. Dan ketika kulihat Nicky, larinya benar-benar cepat, ia selalu bisa mencetak gol dalam sepak bola. Dan ia memang keeper terbaik. Ia tidak akan membiarkan bola musuh masuk kedalam gawangnya. Sekalipun tidak.
        Dia lebih segala-galanya dariku. Dan itu membuatku kesal. Parahnya lagi, setiap ia merasa menang, ia akan tersenyum padaku. Senyum itu...senyum paling menyebalkan yang pernah kulihat! Hari-hari di Plunkit  high school seperti neraka jika ada seorang Nicky Byrne! Belum lagi setiap pulang sekolah ia akan bergandeng tangan dengan Georgina seakan-akan mereka tinggal di planet lain, bukan di bumi. Bahkan aku yakin mereka nggak akan peduli walaupun ada pesawat jatuh tiba-tiba didepan mereka.
       “HIIIIIIIIIIHHHHH!!!” aku menjambaki rambutku kesal didalam mobil Darren.
       “What’s going on?!” Darren kaget.
       “Aku benar-benar benci pada Nicky!!dia benar-benar keparat! Kalau kau mau membantuku membunuhnya, aku janji kau akan masuk surga!”
       Darren tertawa geli.
       “It’s impossible for me to kill that perfect guy” katanya.
       “Kau jangan membuatku makin kesal!” ujarku.
       “Hey, Michelle...menurutmu Edward itu bagaimana sih?” Darren senyum-senyum.
       Lagi-lagi Darren membicarakan cowok kelas sebelah yang disukainya. Aku mendesah malas.
       “Kenapa mendesah begitu sih?!aku kan Cuma minta pendapatmu” darren kelihatan kesal.
       “Dia tampan, baik, dan aku yakin ia juga tertarik padamu, Darren. Kau cantik dan kaya. Siapa yang nggak suka padamu?” kataku santai.
       Darren tertawa-tawa sinting.
       “Dia mengajakku nge-date sabtu ini...” Darren tersenyum senang.
       “Yeah, baguslah...” kataku cuek.
      “Cuma segitu tanggapanmu?!” Darren memukul setir.
       “Congratulation my darling Darren Williams! Congratulation!” ujarku.
       Darren menonjok lenganku.
       Aku bukannya tidak senang teman dekatku bahagia. Tapi aku punya firasat buruk. Firasat buruk bahwa Darren akan jauh dariku. Dan terbukti firasatku benar.

***

       Enam bulan berlalu. Dan sudah dua bulan aku tidak naik mobil Darren lagi. Seperti yang ia harapkan, ia jadian dengan Edward dan sekarang ia memilih meninggalkan mobilnya dirumah. Ia akan berangkat dan pulang bersama Edward. Aku mengayuh sepedaku dengan hati kosong. Aku kangen Darren. Aku kangen bercanda dengannya didalam mobil.
       Tapi aku lebih merindukan Kyla. Dia benar-benar sudah melupakanku. Padahal dulu di Mullingar kami dekat sudah seperti kakak dan adik. Apakah manusia harus berubah begini? Apakah didunia ini hanya aku yang tidak berubah? Aku meletakkan sepedaku di garasi dan naik ke lantai atas. Aku merebahkan diri diatas kasurku.
       Sudah puluhan pesan suara kukirim pada Kyla. Dan tidak ada satupun jawaban. Aku meraih handphoneku dengan hati sakit. Ada SMS masuk. Aku hampir melompat ketika melihat display handphoneku.
       SMS dari Kyla.

4 komentar:

  1. exited banget aku baca :D, soalnya kan nicky udh punya pcar, gina. jadi penasaran akhirnya sama siapa,.. pasti sama michelle ya.. :3 klau gina asli, bca pasti cemburu tuh hahha :D

    BalasHapus
  2. biarin aja gina cemburu -_- #plak makasih ya udah baca :3 baca teruuuus

    BalasHapus
  3. haha teganya.. :3. iya sama-sama :) pasti bca teruss.. soalnya mkin ksini mkin penasaran.. :D

    BalasHapus